Kamis, 08 Desember 2016

bahasa indonesia kelas lV ,• Menunjukkan perilaku hemat energi (mematikan lampu yang tidak terpakai, mematikan TV

Matikan Sebelum Mati


 
Seringkali orang-orang tidak menyadari apa yang dilakukannya menyumbang kerugian bagi bumi. Contohnya meninggalkan charger telepon seluler yang masih terpasang dengan stopkontaknya.  Charger tersebut masih menggunakan satu watt setiap jamnya, dan memakan daya listrik sebesar 30% dari daya yang dibutuhkan dalam pemakaian sebuah charger. Jika seluruh JABOTABEK lupa mencabut charger telepon seluler mereka, energi yang terbuang bisa mencapai 96.000 kWh, itu cukup untuk menerangi 755 rumah.
Budayakan Hemat Listrik
Budayakan Hemat Listrik
Jika hal tersebut terus terjadi, tidak menutup kemungkinan bumi akan gelap tanpa cahaya. Bisakah itu terjadi? Jelas bisa! Listrik dibangkitkan dari perubahan fluks magnetik. Untuk menciptakan perubahan ini dibutuhkan generator yang terus berputar. Putaran generator yang disebabkan dari berbagai sumber daya menimbulkan jenis-jenis pembangkit listrik yang berbeda. Ada yang menggunakan bantuan angin, air, panas bumi dan juga ada yang menggunakan bahan bakar fosil seperti batu bara.
Pembangkit listrik yang menggunakan bahan bakar fosil tidak sedikit jumlahnya, karena pembangkit listrik yang mengandalkan tenaga alam seperti air dan udara tidak dapat diprediksi hasilnya. Sementara itu pembangkit listrik yang menggunakan bahan bakar fosil dapat membangkitkan listrik jauh lebih stabil.
Bahan bakar fosil termasuk sumber daya alam (SDA) tidak terbarukan. Bahan bakar fosil tersebut berupa gas alam, minyak bumi, dan batu bara. Semua itu berasal dari fosil atau jasad renik lautan, tumbuhan, dan hewan yang mati beberapa ratus tahun lalu. Jika SDA itu habis, dibutuhkan beberapa ratus tahun bahkan ribuan tahun untuk mendapatkannya kembali. Berbeda dengan SDA terbarukan yang apabila habis hanya membutuhkan waktu singkat untuk mendapatkannya kembali.
Jika bahan bakar itu habis, maka bumi akan gelap tanpa cahaya, tidak lagi ada gadget untuk bertegur sapa di media sosial, televisi untuk menonton acara kesayangan Anda, pekerjaan rumah tangga yang akan semakin sulit karena peralatan elektronik kehilangan sumber dayanya. Mungkin saja anak cucu kita pun tidak akan bisa menikmati kegunaan listrik, dan kehidupan akan mundur seperti purba kala, gelap, tanpa listrik, penerangan hanya menggunakan alat seadaanya.
Semua itu mungkin saja terjadi jika kita tidak merubah kebiasaan buruk kita yang sering manyia-nyiakan listrik untuk hal yang tidak penting. Perlu diketahui bahwa secara umum masalah pemborosan energi sekitar 80% merupakan faktor manusia dan 20% disebabkan oleh faktor teknis. Kita harus bisa mengefisiensikan penggunaan listrik!
Di masyarakat terkadang efisiensi energi diartikan sebagai penghematan energi. Menggunakan energi secara efisien bukan berarti penggunaan energi harus mengorbankan kenyamanan, misalnya membaca buku di ruangan gelap untuk menghemat lampu atau mematikan seluruh AC di gedung demi menghemat biaya listrik. Contoh tindakan yang menggunakan energi secara efisien adalah menggunakan lampu tipe Compact Fluorescent Lamp (CFL) sebagai pengganti lampu pijar yang bisa menghemat penggunaan energi hingga 40% untuk menghasilkan intensitas cahaya yang sama, atau memperbanyak jendela di langit-langit (skylights), sehingga bisa menghindari penggunaan lampu di siang hari.
Keberhasilan penggunaan energi secara efisien sangat dipengaruhi oleh perilaku, kebiasaan, kedisplinan dan kesadaran akan hemat energi. Masyarakat Indonesia tergolong konsumen yang sangat boros dalam penggunaan energi listrik jika dibandingkan dengan negara lain. Akibatnya, pemakaian listrik meningkat cukup tajam dari tahun ke tahun, padahal sebenarnya sebagian hanya terbuang percuma. Hal tersebut diutarakan Dirjen Listrik dan Pemanfaatan Energi, Luluk Sumiarso kepada wartawan, di sela-sela acara workshop teknologi konservasi energi. Menurut Luluk, angka pertumbuhan penggunaan listrik di Indonesia saat ini mencapai 7% per tahun.
Di negara maju yang sadar betul dalam memanfaatkan listrik secara benar dan tepat, angka pertumbuhan penggunaan energi listriknya hanya 2%. Beberapa negara ASEAN yang sadar untuk berhemat, juga telah mendekati angka tersebut. “Begitu borosnya pemakaian energi listrik oleh masyarakat Indonesia, angka pertumbuhan penggunaan listrik pernah mencapai 20%. Sikap boros masyarakat, sebenarnya muncul karena harga listrik di Indonesia sangat murah” ujar Luluk. Luluk mengutarakan, banyak sekali contoh pemborosan yang dilakukan masyarakat Indonesia. Di antaranya menggunakan lampu pada siang hari, karena saat membangun rumah tidak membuat jendela yang bisa memasukkan cahaya ke dalam rumah.
Bahan bakar fosil di bumi tidak akan bertahan selamanya. Oleh karena itu kita perlu melestarikan bahan bakar fosil. Untuk menghemat bahan bakar fosil kita perlu melakukan hal-hal yang efektif. Saat ini listrik memang bisa kita jumpai di sembarang tempat di kota-kota besar. Selain untuk menghindari habisnya bahan bakar fosil dengan menghemat listrik, kita pun dapat membantu pemerintah untuk segera mengadakan listrik di daerah perbatasan. Hemat listrik bisa dilakukan dengan:
  1. Pasang daya listrik dirumah sesuai kebutuhan (tepat guna)
  2. Pilih peralatan rumah tangga yang hemat listrik dan menyalakan hanya pada saat diperlukan
  3. Menggunakan alat listrik secara bergantian
  4. Permudah sinar matahari pagi dan sore memasuki ruangan
  5. Mengganti lampu pijar dengan lampu hemat energi
  6. mencabut charger telepon seluler yang sudah tidak terpakai
Kebanyakan manusia adalah kanker untuk bumi. Kita senang mengambil, namun lupa memberi. Kita senang membuang, namun lupa membereskan. Kita senang mengeruk, namun lupa menanam. Kebanyakan dari kita adalah sel-sel jahat yang membuat bumi tua sebelum waktunya.
Namun, tidak semua.
Masih banyak orang-orang yang peduli dengan nasib bumi, yang meluangkan waktu untuk menyadarkan manusia lain tentang betapa pentingnya menjaga kelestarian lingkungan—termasuk mematikan lampu yang tak terpakai

Tidak ada komentar:

Posting Komentar