Matikan Sebelum Mati
Seringkali orang-orang tidak menyadari apa yang dilakukannya menyumbang kerugian bagi bumi. Contohnya meninggalkan charger telepon seluler yang masih terpasang dengan stopkontaknya. Charger
tersebut masih menggunakan satu watt setiap jamnya, dan memakan daya
listrik sebesar 30% dari daya yang dibutuhkan dalam pemakaian sebuah charger. Jika seluruh JABOTABEK lupa mencabut charger telepon seluler mereka, energi yang terbuang bisa mencapai 96.000 kWh, itu cukup untuk menerangi 755 rumah.
![Budayakan Hemat Listrik](https://i0.wp.com/astacala.org/wp/wp-content/uploads/2016/04/Minimal-1-415x600.jpg?resize=415%2C600)
Jika hal tersebut terus terjadi, tidak
menutup kemungkinan bumi akan gelap tanpa cahaya. Bisakah itu terjadi?
Jelas bisa! Listrik dibangkitkan dari perubahan fluks magnetik. Untuk
menciptakan perubahan ini dibutuhkan generator yang terus berputar.
Putaran generator yang disebabkan dari berbagai sumber daya menimbulkan
jenis-jenis pembangkit listrik yang berbeda. Ada yang menggunakan
bantuan angin, air, panas bumi dan juga ada yang menggunakan bahan bakar
fosil seperti batu bara.
Pembangkit listrik yang menggunakan
bahan bakar fosil tidak sedikit jumlahnya, karena pembangkit listrik
yang mengandalkan tenaga alam seperti air dan udara tidak dapat
diprediksi hasilnya. Sementara itu pembangkit listrik yang menggunakan
bahan bakar fosil dapat membangkitkan listrik jauh lebih stabil.
Bahan bakar fosil termasuk sumber daya
alam (SDA) tidak terbarukan. Bahan bakar fosil tersebut berupa gas alam,
minyak bumi, dan batu bara. Semua itu berasal dari fosil atau jasad
renik lautan, tumbuhan, dan hewan yang mati beberapa ratus tahun lalu.
Jika SDA itu habis, dibutuhkan beberapa ratus tahun bahkan ribuan tahun
untuk mendapatkannya kembali. Berbeda dengan SDA terbarukan yang apabila
habis hanya membutuhkan waktu singkat untuk mendapatkannya kembali.
Jika bahan bakar itu habis, maka bumi akan gelap tanpa cahaya, tidak lagi ada gadget
untuk bertegur sapa di media sosial, televisi untuk menonton acara
kesayangan Anda, pekerjaan rumah tangga yang akan semakin sulit karena
peralatan elektronik kehilangan sumber dayanya. Mungkin saja anak cucu
kita pun tidak akan bisa menikmati kegunaan listrik, dan kehidupan akan
mundur seperti purba kala, gelap, tanpa listrik, penerangan hanya
menggunakan alat seadaanya.
Semua itu mungkin saja terjadi jika kita
tidak merubah kebiasaan buruk kita yang sering manyia-nyiakan listrik
untuk hal yang tidak penting. Perlu diketahui bahwa secara umum masalah
pemborosan energi sekitar 80% merupakan faktor manusia dan 20%
disebabkan oleh faktor teknis. Kita harus bisa mengefisiensikan
penggunaan listrik!
Di masyarakat terkadang efisiensi energi
diartikan sebagai penghematan energi. Menggunakan energi secara efisien
bukan berarti penggunaan energi harus mengorbankan kenyamanan, misalnya
membaca buku di ruangan gelap untuk menghemat lampu atau mematikan
seluruh AC di gedung demi menghemat biaya listrik. Contoh tindakan yang
menggunakan energi secara efisien adalah menggunakan lampu tipe Compact Fluorescent Lamp
(CFL) sebagai pengganti lampu pijar yang bisa menghemat penggunaan
energi hingga 40% untuk menghasilkan intensitas cahaya yang sama, atau
memperbanyak jendela di langit-langit (skylights), sehingga bisa menghindari penggunaan lampu di siang hari.
Keberhasilan penggunaan energi secara
efisien sangat dipengaruhi oleh perilaku, kebiasaan, kedisplinan dan
kesadaran akan hemat energi. Masyarakat Indonesia tergolong konsumen
yang sangat boros dalam penggunaan energi listrik jika dibandingkan
dengan negara lain. Akibatnya, pemakaian listrik meningkat cukup tajam
dari tahun ke tahun, padahal sebenarnya sebagian hanya terbuang percuma.
Hal tersebut diutarakan Dirjen Listrik dan Pemanfaatan Energi, Luluk
Sumiarso kepada wartawan, di sela-sela acara workshop teknologi konservasi energi. Menurut Luluk, angka pertumbuhan penggunaan listrik di Indonesia saat ini mencapai 7% per tahun.
Di negara maju yang sadar betul dalam
memanfaatkan listrik secara benar dan tepat, angka pertumbuhan
penggunaan energi listriknya hanya 2%. Beberapa negara ASEAN yang sadar
untuk berhemat, juga telah mendekati angka tersebut. “Begitu borosnya
pemakaian energi listrik oleh masyarakat Indonesia, angka pertumbuhan
penggunaan listrik pernah mencapai 20%. Sikap boros masyarakat,
sebenarnya muncul karena harga listrik di Indonesia sangat murah” ujar
Luluk. Luluk mengutarakan, banyak sekali contoh pemborosan yang
dilakukan masyarakat Indonesia. Di antaranya menggunakan lampu pada
siang hari, karena saat membangun rumah tidak membuat jendela yang bisa
memasukkan cahaya ke dalam rumah.
Bahan bakar fosil di bumi tidak akan
bertahan selamanya. Oleh karena itu kita perlu melestarikan bahan bakar
fosil. Untuk menghemat bahan bakar fosil kita perlu melakukan hal-hal
yang efektif. Saat ini listrik memang bisa kita jumpai di sembarang
tempat di kota-kota besar. Selain untuk menghindari habisnya bahan bakar
fosil dengan menghemat listrik, kita pun dapat membantu pemerintah
untuk segera mengadakan listrik di daerah perbatasan. Hemat listrik bisa
dilakukan dengan:
- Pasang daya listrik dirumah sesuai kebutuhan (tepat guna)
- Pilih peralatan rumah tangga yang hemat listrik dan menyalakan hanya pada saat diperlukan
- Menggunakan alat listrik secara bergantian
- Permudah sinar matahari pagi dan sore memasuki ruangan
- Mengganti lampu pijar dengan lampu hemat energi
- mencabut charger telepon seluler yang sudah tidak terpakai
Kebanyakan manusia adalah kanker untuk
bumi. Kita senang mengambil, namun lupa memberi. Kita senang membuang,
namun lupa membereskan. Kita senang mengeruk, namun lupa menanam.
Kebanyakan dari kita adalah sel-sel jahat yang membuat bumi tua sebelum
waktunya.
Namun, tidak semua.
Masih banyak orang-orang yang peduli
dengan nasib bumi, yang meluangkan waktu untuk menyadarkan manusia lain
tentang betapa pentingnya menjaga kelestarian lingkungan—termasuk
mematikan lampu yang tak terpakai
Tidak ada komentar:
Posting Komentar